Sabtu, 17 Agustus 2013

Kembali Pada Habitatnya

Karena tanggal 15 tiket pesawat dari Bandung ke Medan sudah dibeli, memaksa gua mematuhi alam yang telah mengatur semua kejadiannya, artinya gua kembali pada kota Medan.
Pesawat yang take off dari bandara Husein Sastra Negara Kota Bandung menuju Bandara Kuala Namo Kota Medan yang berisikan gue dan penumpang lain, bakal terbang pukul 8 WIB. Dan lagi-lagi gua dapat kursi random, gua duduk paling belakang. Bukan masalah sih bagi gue, bahkan sebuah keuntungan karena dekat dengan toilet, dan dekat dengan.. pramugari.

Rabu, 14 Agustus 2013

My Bus Holiday

       Perjalanan wisata gua dengan keluarga kemarin mungkin adalah salah satu moment paling berharga dalam hidup gua. Naik bis pariwisata sekeluarga menuju pantai Loji, dilanjutkan ke Pantai Pelabuhan Ratu. sekitar 3-4 jam perjalanan dari kota Bandung sampai ke pantai. Rintangan yang dihadapi bukan main, mulai dari macet, jalan rusak, sampai pegunungan yang bila bus sebesar ini ingin melewatinya harus bolak-balik mundur maju untuk bisa mencapai tanjakan berikutnya.

Kamis, 08 Agustus 2013

Malam Takbiran

        Hari ini adalah malam takbiran, malam dimana besok adalah hari kemenangan, hari Raya Idul Fitri 1434 H. Saat-saat dimana kita saling bermaaf-maafan. Antar keluarga, temen, pacar dan juga mantan. Gak peduli masalah apa yang pernah kita laluin, yang penting kita harus suci di hari yang fitri dengan membersihkan diri dari dosa, salah satunya dengan cara maaf-maafan. Bisa langsung, dari sms, telfon, bbm macem-macem cara kita buat minta maaf dan menjaga silaturahim.

Selasa, 06 Agustus 2013

Aku dan Bandung

        Gak kerasa udah seminggu lebih gua di kota kembang Bandung. Sejak tanggal 25 Juli kemaren gua sampe sini, rasanya masih belom banyak yang gua lakuin di Bandung. Sekedar jalan-jalan dan shopping udah biasa banget buat gue, selebihnya waktu-waktu ini gua habisin depan komputer ato di atas kasur.

Kamis, 01 Agustus 2013

Kembali Kepada EYD : Aku dan Ruang Tunggu

       Menunggu beberapa nomor antrian pasien di kursi berwarna biru langit. Aku masih membaca sebuah novel berjudul 'Negri Para Bedebah' karya Tere Liye. Sebuah novel politik yang kebanyakan kata di dalamnya tak kumengerti apa artinya. Semakin lama semakin membuat kelopak mataku tertutup perlahan. Aku terlalut dalam kebosanan suasana ruang tunggu rumah sakit Dr.Soekotjo. Rasanya jika aku tak terkena penyakit cacar air ini sudah kuajak kedua orang tuaku untuk pulang ke rumah saudaraku, akan kubaringkan tubuh lemah ini ke atas ranjang dengan nyaman. Ah, betapa kurindukan ranjang itu, berbeda ddengan kursi keras yang saat ini sedang kududuki. Begitu keras dan tidak nyaman.