Jumat, 18 November 2016

Lapar

        Hari itu hujan. Tidak deras tidak gerimis tetapi diantaranya. Jam menunjukan pukul setengah delapan malam. Aku sudah menyelesaikan makan malamku setengah jam yang lalu. Aku duduk di ruang tengah sembari memetik gitar menyanyikan lagu kesukaanku. Hujannya masih gerimis. Aku masih bermain gitar bernyanyi dengan lantang melawan suara hujan yang terdengar gemuruh dari luar.
        Jam delapan. Perutku mulai lapar. Tiba-tiba lewat benakku ingin memakan sesuatu. Membeli sebungkus kebab enak pikirku. Semoga bisa memenuhi hasrat laparku. Aku mengambil jas hujan yang tergantung di dekat pintu. Jas hujannya masih basah karena beberapa hari ini hujan melulu. Kupakai jas hujanku lalu kuambil kucari kunci motorku. Kucari kesana-kemari ternyata masih tertancap di lubang kunci. Langsung aku bergegas mencari. Tukang Kebab Turki.

        Setidaknya kulewati tiga gerobag Kebab Turki. Ntah kenapa aku ingin membeli di tempat yang direkomendasi oleh teman ku anak SI. Tak begitu jauh namun sesampainya disana aku harus mengantri. Cuaca begini banyak yang keluar mencari Kebab Turki.

        Kupesan dua bungkus kebab. Yang satu itu pesanan temanku. "Mau menunggu lama tidak, Mas?" Tanya mas-mas penjual kebab. Aku mengangguk tanda setuju. Kulihat beberapa orang memesan empat sampai lima bungkus. Sekitar tiga orang di depan antrianku. Tak ada kursi untuk menunggu. Akhirnya aku duduk di depan teras travel.

        Aku duduk disana bersama beberapa orang yang juga menunggu. Kuliat mereka berbincang satu sama lain. Ada yang sibuk bermain dengan telepon pintarnya. Sedang aku duduk diam tanpa ada yang mengajak bicara. Teleponku tak kubawa. Tapi tak apa aku masih bisa melihat mobil yang lalu lalang di depan jalan.

        Setengah jam berlalu. Toko pakaian di seberang jalan mulai menutup tokonya. Begitu pula dengan toko jam yang ada di sebelahnya. Di depan ada tukang tambal ban. Beberapa orang menyimpang menuntun sepeda motornya yang bocor. Sungguh malang nasib mereka.

        Aku mulai bosan. Kuliat beberapa orang sudah pulang membawa pesanan. Sedang aku masih menunggu tanpa percakapan. Dua orang di depanku saling berbicara menertawakan hidup mereka yang kacau di bangku perkuliahan. Berharap aku diajak berbicara oleh mereka karena nampaknya mereka satu kampus denganku. 

        Hujan sudah mulai reda. Namun udara di Kota Bandung masih terasa dinginnya. Mulutku seperti mengeluarkan asap saat aku menguap karena mengantuk menunggu. Kakiku mulai kedinginan. Jas hujan yang kupakai mulai kering dengan sendirinya. Kubuka sedikit karena kulihat tidak ada lagi orang yang memakai jas hujan. Namun aku kedinginan karena aku hanya memakai kaos dan celana pendek. Akhirnya kupakai kembali jas hujanku untuk menahan rasa dingin.

        "Kebabnya pedes, Mas?" Tanya mas-mas tukang kebab. Hatiku senang karena sepertinya dia sedang memasak kebab pesananku. Aku masih menunggu. Seseorang memberikan kursi untukku. Aku duduk disitu. Tak lama datang pesanan kebabku. Kulihat diriku di kaca spion. Hanya untuk melihat betapa bahagianya aku.

        Tamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar