Jumat, 24 Maret 2017

Nikotin Jenis Baru

        Begitulah aku, yang tak pernah jemu dengan senyummu. Tawamu menjadi candu untuk aku yang selalu ingin mendengarmu. Mendengarmu memanggil namaku. Mendengarmu menannyakan kabarku. Mendengarmu, nikotin baru yang jadi kebutuhanku.


        Mungkin memang begitulah aku, yang tak pernah bosan melihatmu. Senyummu menjadi penawar bosan. Menjadi energi baru untuk aku yang lelah dengan kesibukanku. Namun senyummu juga menjadi racun yang membuatku terdiam melihatmu. Membuat sekelilingku sunyi karna aku sibuk memandangmu. Seakan mati rasaku untuk merasakan perasaan ini kepada yang lain selain dirimu.

        Kini aku merasakanmu. Hadirmu bukan lagi angan yang tak sanggup aku gapai. Cinta ini bukan lagi mimpi yang lenyap saat fajar. Tetap hadir walau mimpi telah usai. Tersenyum aku bilamana pagi kuucapkan. Bahkan hingga malam masih bisa kurasakan.

        Kini suratku telah sampai padamu. Padamu yang dulu aku kira tak akan pernah ada untukku. Kini kau disini untukku. Aku tahu hadirmu di mimpiku bukan semata karna aku selalu memikirkanmu. Tapi cara alam membuatku terus berusaha agar mimpi itu bukan hanya sekedar mimpi yang hanya bisa aku ceritakan kepada temankku. Tapi mimpi yang bisa saja menjadi nyata jika aku berusaha. Dari dulu.

         Hari ini aku berjalan bersamamu, bersama hangatmu mengusir dinginku. Kulepas jaketku untuk tahu seberapa hangat tubuhku saat aku bersamamu. Hanya satu yang ingin ku ucap padamu. Mungkin aku tak akan jemu. Kuharap kau pun begitu. Tak usah menerka begitu. Tak akan kutulis disini untukmu. Mungkin kau masih malu. Tapi aku menunggumu menerka ucapanku.

        Dari aku, seorang pecandu. Untukmu, nikotin jenis baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar