Jumat, 04 Oktober 2013

Kembali Kepada EYD : Hening

        Hari ini aku hanya bisa terdiam di hadapan putri penguasa hati. Dia yang memiliki mata indah membisukan aku yang menatapnya dengan hati. Aku terdiam dalam keheningan khayalan. Berharap suatu hal memecahkan suasana, tetapi dia tetap diam, dan aku yang terlalu bisu untuk berbicara.
        Terkadang kehiningan membuat kita lebih dekat satu sama lain. Berdua dalam kesepian membuat hati kita semakin menyatu satu sama lain. Menjadikan aku yang sedaritadi memperhatikan dia yang sedang bersedih, kini ikut terlarut dalam keheningan ini. Beberapa hari ini dia terlihat murung, ingin aku menghiburnya dengan nyanyian, tapi terlalu bodoh untuk aku lakukan.

        Dia benar-benar membuatku membisu. Membuatku hanya bisa terdiam mencari pemandangan lain selain melihatnya berusaha meraih perhatianku. Aku tersadar ingin sekali membuatnya tersandar dalam dekapanku. Menyandarkan semua bebannya dipundakku. Sunggu menyesal aku jika tidak bisa menenangkan dia yang terlihat bersedih. Tak ada sedikitpun raut ceria dari parasnya yang jelita.

        Tak ada air mata ataupun canda. Keheningan ini telah mengeringkan air matanya. Menghancurkan selera tertawanya sehingga akupun malu untuk tertawa tanpanya. Seakan kebahagian itu raib tanpa alasan. Tak ada cerita. Dia tak mau bercerita apa-apa. Aku bingung dalam keheningan ini.

        Setelah semua yang kami lalui aku memang mengerti. Tetapi tetap saja aku tak bisa menemukan cara untuk membuat dia bahagia. Ntah kemana semua teori-teori cinta gila yang aku buat. Seperti tak bisa kuterapkan pada wanita ini. Sulit ditebak, bahkan lebih sulit daripada soal fisika. Mungin beberapa puluh tahun lagi pelajaran cinta akan dimasukan ke dalam kurikulum SMA. Dan aku yang jadi gurunya.

        Dia yang aku pilih, sulit aku terjemahkan dalam kata-kata, bahkan sulit untuk aku jadikan sebait lagu. Seolah tak ada nada yang pas untuk menggambarkan dia. Rumit, itulah yang bisa aku katakan.

        Hari ini, keheningan telah menyadarkanku menjadi lebih dekat. Tak perlu bercakap, cukup terdiam dan menatap satu sama lain, aku sudah bisa mengerti. Apakah dia menaruh harapan kepadaku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar