Sahabat

Dia selalu ada saat aku pinta, begitu juga aku yang selalu datang saat dia pinta. Sudah setahun kira-kira. Mungkin lebih aku tidak begitu ingat kapan pertama kali aku pergi denganmu. Tapi aku ingat kemana kita pergi saat itu. Ntah apa yang kau rasakan saat itu, aku hanya ingin bicara padamu saat itu, bukan tentangmu tapi tentang teman mu.

Masih ingat saat itu kau bawa tanganku pergi bersama mu, mengajaku sekedar duduk makan siang denganmu atau membeli jajanan di warung depan kampus. Tak ada perasaan apapun, karena ku tahu begitu memang sifatmu.

Suatu hari aku pergi darimu, membuatmu membenciku, aku pergi dengan yang lain yang kusebut dalam ceritaku. Tapi kau masih mau pergi denganku, meskipun aku pergi dengan yang lain. Sampai akhirnya dia pergi. Satu persatu pergi. Meninggalkan berjuta cerita dengan beribu alasan. Aku kembali. Kau masih mau menerimaku disini.

Kau tak pernah membenciku yang meninggalkanmu, mengecewakanmu. Kau masih menerima rasa bersalahku, ntah itu hanya aku yang merasa begitu tapi kau menunjukkannya kepadaku. Aku bingung, canggung, semua perasaan bercampur saat aku merenung.

Aku selalu senang pergi denganmu. Mendengar ceritamu yang tak pernah habis saat berdua dengan ku. Aku ingin tahu perasaanmu. Saat aku menatapmu dan tak ada kata yang bisa aku ucapkan selain senyuman untuk mu karena saat aku menatapmu kau selalu tersipu malu.

Seiring berjalannya waktu semua berubah menjadi rindu. Kau ada untuku. Disaat aku tak tahu harus menuju. Aku ingin tahu perasaanmu. Yang tak pernah kau ungkapkan padaku. Mungkin karena aku tak pernah bertanya kepadamu. Atau karena aku sibuk dengan urusanku. Tapi percayalah aku senang bisa mengenalmu.

Aku tahu akhirnya nanti kau juga akan pergi. Bosan dengan aku yang selalu mengecewakanmu. Menemukan orang lain yang bisa membahagiakanmu, bukan aku yang tak pernah berusaha untukmu. Maaf, jika hari itu datang kau mungkin tak akan melihatku. Mungkin kau juga tak akan mencariku.

Terimakasih telah bersamaku, mengajaku, menemaniku, membangkitkan semangatku.